BAB II
PENYUSUNAN TES
Untuk dapat menyusun konstruksi soal dengan baik, perlu mengikuti langkah-langkah berikut:
1. Analisis Kurikulum
Dengan analisis kurikulum dapat ditetapkan sumber (isi) bahan yang akan ditanyakan melalui test. Yang harus diperhatikan dalam analisis kurikulum adalah Standar Kompetensi (SK), Kompetrensi dasar (KD/TIU), dan materi pokok yang harus dikuasai yang diukur melalui indikator. Dalam pemilihan materi yang akan digunakan harus bisa mewakili keseluruhan materi yang ada. Jadi dengan menggunakan kurikulum sebagai sumber penyusunan tes bisa dibilang representatif karena para siswa juga memperlajari sumber yang sama yaitu kurikulum.
2. Analisis Buku Pelajaran
Analisis buku pelajaran diperlukan untuk memperecil kesalahan dalam memilih sampel bahan penyususnan tse. Analisis yang kurang cermat dalam pemilihan materi pokok dan buku dapat berakibat adanya kesimpulan atau penilaian yang sesat (eror). Langkah analisis buku pelajaran dalam kerangka penyusunan tes ini sering disebut timbangan buku.
3. Menempatkan Tujuan Tes
Dalam menyusun seperangkat tes harus terlebih dahulu ditetapkan apa yang menjadi tujuan penyusunan tes karena tes prestasi belajar dapat disusun untuk bermacam-macam tujuan. Tes prestasi belajar pada umumnya berujuan untuk mendapatkan informasi mengenai seberapa jauh daya serap peserta didik terhadap isi bahan pelajaran yang tela diberikan oleh guru dalam proses pembelajaran.
4. Menempatkan kisi-kisi
Kisi-kisi disebut pula blue-print, table of specification, lay-out, plan atau frame work. Yang dimaksud kisi-kisi adalah suatu daftar berbentuk matrik yang memuat komponen tertentu. Komponen kisi-kisi tes terdiri dari:
a. Materi pokok (pokok bahasan)
Materi pokok yang ditentukan dalam kisi-kisi merupakan ruang lingkup bagi tes yang akan disusun. Untuk menentukan berapa soal untuk masing-maisng materi pokok, maka perlu adanya pembobotan terhadap materi-materi pokok menjadi tiga kategori, yaitu materi yang penting, sedang dan kurang penting dengan perbandingan 3:2:1.
b. Aspek Kognitif (Intelektual)
Aspek ini memuat jenjang kemampuan yanng akan diukur dengan test. Benjamin Bloom mengklasifikasikan kemmapuan ini dalam 6 jenjang, yaitu:
1 | Ingatana atau pengetahuan faktuan (recall) | (I) |
2 | Pemahaman (Comprehension) | (P) |
3 | Aplikasi atau Penerapan (Aplication) | (A) |
4 | Analisi (Analysis) | (A) |
5 | Sintesis (Syntesis) | (S) |
6 | Evaluasi (evaluation) | (E) |
Proporsi untuk masing-maisng aspke dalam penyusunan soal sering ditetapkan dengan perbandingan I: (P+A): (A+S+E) = 1:2:1. namun proporsi itu dapat diubah dan disesuaikan.
c. Bentuk Tes (Soal)
Terdapat dua bentuk soal, yaitu tes uraian (esay) dan tes objektif (non esay). Bentuk soal yang digunakan untuk tes tingkat nasional sebaiknya tes objektif karena dari segi scoring dan pengolahan relatif lebih cepat, terlebih lagi bila jumlah peserta test cukup besar.
d. Tingkat Kesukaran Soal
Dalam kisi-kisi perlu dicantumkan juga tingkat kesukaran soal sehingga dapat ditentukan pula perbandingan yang tepat mengenai kategori-kategori soal yang mudah, sedang dan sukar. Dalam perangkat tes soal disusun berurutan dari soal yang paling mudah ke soal yang paling sukar.
e. Jumlah dan proporsi soal
Jumlah soal ditentukan berdasarkan prakiraan waktu yang diperlukan untuk mengerjakan tes. Sedang alokasi waktu yang disediakan untuk mengerjakan tes disesuaikan dengan daya konsentrasi berfikir dan kelelahan fisik peserta didik. Dalam menentukan jumlah soal juga perlu dipertimbangkan tingkat kesukaran soal yang diinginkan. Tinggi rendahnya tingkat kesukan soal berkaitan dengan aspek intelektual yang hendak diukur, materi pokok, dan bentuk soal. Semakin tinggi aspek intelektual yang hendak diukur, maka harus semakin sukar pula tes yan digunakan.
5. Penulisan Indikator (TIK)
Sebelum dilaksanakan penulisan butir-butir soal, terlebih dahulu ditetapkan indikator (tujuan instruksi khusus) yang menjadi pedoman dan arahan penulisan soal yang dibuat. Indikator dijabarkan dari kompetensi dasar yang terdapat dalam kurikulum. Agar indikator da[at diukur keberhasilannya, maka perlu dirumuskan lebih khusus dan operasional, sehingga tidak dimungkinkan terjadinya penafsiran yang lain.
6. Penulisan Tes (Soal)
Penulisan tes/soal dimulai setelah selesai penyusunan kisi-kisi dan perumusan indikator-indikator. Dari kisi-kisi ini dapat dilihat beberapa jumah soal yang dibuat dari materi-materi pokok tertentu, dan dari aspek intelektual yang telah ditetapkan pada kisi-kisi dapat disusun perumusan indikator, dari perumusan indikator baru dapat dibuat butir-butir soal. Masing-maisng butir soal disusun berdara kategori tingkat kesukarannya, mudah-sedang-sukar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar